Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pada Jumat (19/7/2019) lalu bertemu dengan tim produksi film Sepatu Tua Untuk Ibu. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan pesan bahwa pengalaman hidup yang pahit bisa menjadi cambuk untuk kesuksesan.
"Dalam perjalanan hidup saya sendiri, 99 persen adalah proses, dan kesuksesan saat ini hanya 1 persen," katanya kepada tim produksi Sepatu Tua Untuk Ibu.
Selain itu, Marsekal Hadi Tjahjanto juga menceritakan perjuangan hidupnya yang menarik dan inspiratif. Mulai dari semasa kecil sampai akhirnya sukses menjadi taruna Akabri.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar satu jam itu, dalam siaran pers yang diterima redaksi dijelaskan siapa saja yang hadir bertemu dengan Panglima TNI. Mereka adalah Eddy Suprapto (penulis biografi Marsekal Hadi Tjahjanto), Ody Mulya Hidayat (produser eksekutif Max Pictures), serta penggiat film lainnya, yakni Imran Hasibuan dan Heru Hendratmoko.
"Perjuangan dalam kehidupan seorang anak manusia serta aspek human interest selalu menarik diangkat ke layar lebar. Karena itu kami tertarik mengangkat perjuangan hidup Bapak Hadi ke film, agar menjadi inspirasi kalangan milineal," kata Ody Mulya, produser film Sepatu Tua Untuk Ibu.
Kisah Inspiratif
Pergulatan hidup Marsekal Hadi Tjahyanto, yang berasal dari keluarga sangat sederhana di Malang hingga mencapai posisi puncak di TNI, telah dituangkan dalam buku "Anak Sersan Menjadi Marsekal" karya Eddy Suprapto.
Kisah-kisah inspiratif yang pernah dialami Hadi Tjahjanto di masa kecil hingga remaja itulah yang akan diangkat dalam film Sepatu Tua Untuk Ibu. Dalam pertemuan itu, Panglima TNI merestui rencana produksi film tersebut.
Menurut Ody Mulya, film Sepatu Tua Untuk Ibu genrenya adalah drama-inspiratif.
"Persiapan segera akan kami kerjakan, dengan menulis skenario yang diadaptasi dari biografi Pak Hadi. Insya Allah tahun depan film sudah bisa dirilis," ujar Ody Mulya, yang sukses dengan film Dilan.
Sebagai prajurit jebolan Lembah Tidar, Hadi Tjahjanto bukan hanya tertempa kerasnya latihan militer, tapi sejak kecil sudah tertempa dalam kerasnya kehidupan.
Menjalani Proses Hidup untuk Meraih Sukses
"Sejak kecil hingga remaja di Malang bermacam-macam pekerjaan sudah dijalaninya: mulai ‘ngasak’ jagung, bikin jemblem, donat, jualan kerupuk, sampai jadi caddy di lapangan golf," kenang Eddy Suprapto, yang juga teman semasa SMA.
Menurut Eddy lagi, "Saat menjadi taruna Akabri, Mas Hadi pun aktif mengumpulkan sepatu bekas prajurit dan taruna, lalu dibawa setiap kali mudik ke Malang untuk dijual ke tukang loak. Hasil jualan sepatu itu kemudian dibelikan beras untuk keluarganya."
Semangat hidup pantang menyerah itu, mau menjalani proses hidup untuk meraih sukses, kini ditularkan Marsekal Hadi ke dunia pendidikan SMA Pradita Dirgantara Solo yang digagasnya sejak beberapa tahun lalu.
No comments:
Post a Comment